Smart city alias kota pintar sedang jadi primadona di kalangan berbagai pihak di dunia teknologi. Indonesia merupakan salah satu negara yang juga mengikuti tren pengembangan kota pintar yang saling terhubung dengan dukungan teknologi.
Akan tetapi menurut Teguh Prasetya, Pengamat Teknologi dan Telekomunikasi smart city harus diujicoba pada sebuah lingkungan baru sebelum diterapkan secara luas. Hal itu perlu dilakukang mengingat konsep smart city merupakan sebuah konsep baru yang perlu pengembangan.
"Lebih bagus untuk kota yang diterapkan sebagai smart city baiknya pakai kota baru untuk pilot project dan percontohan. Sebab pembangunan kebutuhan pendukungnya kan bisa sekalian dengan penyediaan infrastruktur lain, jadi lebih efisien," papar Teguh.
Selain kota baru, konsep smart city juga bisa diterapkan pada sebuah gedung yang memiliki pengguna yang cukup banyak. Gedung perkantoran, hotel ataupun apartemen ialah sebagian dari lokasi yang bisa menjadi lokasi percontohan yang mungkin disulap menjadi smart city.
"Kalau sudah terbukti bagus dan optimal, bisa diterapkan di kota-kota lain. Mungkin kita butuh 1-2 tahun untuk membangun sebuah kota menjadi smart city sedangkan di gedung perlu waktu 6 bulan sampai benar-benar terknoneksi," tambah Teguh.
Ia juga menyebutkan bahwa ada tiga tahap yang harus dilakukan sebelum smart city diterapkan agar menghasilkan kota pintar yang optimal dan dapat membantu efisiensi penggunaan sumber daya saat memenuhi kebutuhan manusia diantaranya otomasi, manajemen kontrol serta disaster dan recovery security management.
Teguh juga memaparkan bila Indonesia ingin menerapkan maka masyarakat dan pemerintah harus satu suara mendukungnya. Evolusi kota menjadi smart city diklaim Teguh sangat mungkin untuk menghindari inefisiensi dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat.