Nokia dalam beberapa tahun terakhir tengah berjuang keras di pasar smartphone, hingga akhirnya menjual divisi Devices dan Services kepada Microsoft. Chairman Nokia, Risto Siilasmaa menilai penjualan ini adalah keputusan yang tepat dan Nokia berada di jalan yang benar.
Kembali pada tahun 2008, Nokia adalah raksasa di industri mobile berkat smartphone dan feature phone berbasis Symbian yang berhasil memimpin pasar pada saat itu. Beberapa tahun setelah itu, perusahaan mengalami kemerosotan ditengah himpitan OS Android, hingga akhirnya beralih ke OS mobile lain yaitu Windows Phone.
Saat ini handset Nokia adalah perangkat Windows Phone paling populer. Kendati demikian, Nokia masih berjuang keras untuk kembali menguasai pasar. Akhirnya pada September 2013 Microsoft mengumumkan niatnya membeli divisi Devices dan Services Nokia.
Menurut Siilasmaa, menjual divisi bisnis Nokia adalah keputusan terbaik pada saat itu.
"Tidur tak nyenyak selama beberapa bulan sebelum kesepakatan tersebut ketika saya memahami kondisi perusahaan yang harus melakukan sesuatu yang besar. Apa yang terjadi sebenarnya adalah solusi terbaik dari semua alternatif. Saya tidak bisa membayangkan alternatif realistis lainnya untuk masa depan perusahaan seperti yang terbaik saat ini," jelasnya, seperti dilansir Softpedia, Kamis (22/5/2014).
Selain itu, dia mengatakan bahwa saat ini pasar didominasi oleh pemain besar, sehingga perusahaan kecil tidak bisa beristirahat. Terlebih lagi berbagai hal mungkin tidak bisa segera berubah.
"Seperti yang dijelaskan beberapa analis, bisnis smartphone secara struktural tidak menarik pada saat ini. Kami beralih ke sebuah fase, di mana dua pemain besar mendominasi pasar dengan ekosistem mereka yang kuat," ungkap Siilasmaa.
Pasca rampungnya kesepakatan dengan Microsoft, Nokia kini kembali menjadi perusahaan yang menguntungkan. Perusahaan ini menjalankan tiga bisnis sukses yaitu HERE, NSA, dan Advanced Technologies. Kendati telah melepas divisi Devices dan Services, Siilasmaa mengatakan masih banyak peluang yang bisa diraih, termasuk perangkat pintar.
"Nokia masih membutuhkan ambisi yang kuat untuk tumbuh," ungkapnya.